Netanyahu Pertaruhkan Karier Politik: Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sedang menghadapi ancaman serius terhadap posisinya di parlemen Israel. Tekanan ini datang setelah Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengumumkan proposal gencatan senjata yang bertujuan menghentikan konflik antara Israel dan milisi Hamas di Gaza. Netanyahu kini berada di tengah krisis politik, di mana partai-partai koalisinya, termasuk Partai Likud dan partai sayap kanan Otzma Yehudit, menolak keras proposal Biden.
Proposal Gencatan Senjata Biden dan Penolakan Internal
Netanyahu Pertaruhkan Karier Politik: Proposal gencatan senjata Biden terdiri dari tiga fase, termasuk penarikan pasukan Israel dari Gaza, pembebasan sandera, serta kesepakatan untuk menghentikan permusuhan. Namun, di Israel, usulan ini memicu perpecahan politik. Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, dua tokoh penting dari partai sayap kanan, menentang keras proposal ini, bahkan mengancam untuk menggulingkan pemerintahan Netanyahu jika ia mendukung gencatan senjata yang diusulkan oleh Biden.
Ancaman Penggulingan Pemerintahan
Tekanan dari Smotrich dan Ben-Gvir ini bukan ancaman kosong. Partai-partai mereka, terutama Otzma Yehudit, memiliki pengaruh besar dalam koalisi Netanyahu. Jika mereka menarik dukungan, pemerintahannya bisa runtuh. Oleh karena itu, Netanyahu berada dalam situasi sulit, di mana ia harus mempertimbangkan kepentingan koalisi dan desakan internasional untuk perdamaian, tanpa kehilangan posisinya sebagai perdana menteri.
Netanyahu Merayu Partai Likud
Netanyahu mulai merayu para menteri dan anggota parlemen dari Partai Likud untuk menerima proposal Biden, meskipun ada oposisi keras dari beberapa anggota partainya. Menurut laporan dari KAN, media penyiaran Israel, Netanyahu mencoba meyakinkan para pemimpin partainya untuk mendukung gencatan senjata. Langkah ini dinilai penting untuk mempertahankan koalisi pemerintahan dan menghindari penggulingan.
Dukungan dari Partai Persatuan Torah Yudaisme
Netanyahu Pertaruhkan Karier Politik: Di tengah tekanan dari partai sayap kanan, Netanyahu juga mendapat dukungan dari beberapa menteri, termasuk pemimpin Partai Persatuan Torah Yudaisme dan Menteri Perumahan Yitzhak Goldknopf, yang secara terbuka mendukung proposal gencatan senjata Biden. Goldknopf menyatakan bahwa ia mendukung setiap upaya yang bertujuan untuk pembebasan sandera Israel di Gaza, sebuah poin penting dalam proposal Biden.
Yair Lapid dan Dukungan Oposisi
Netanyahu juga mendapat tawaran dukungan dari Yair Lapid, pemimpin oposisi di Israel. Lapid menyatakan bahwa pihaknya siap memberikan jaring pengaman politik bagi Netanyahu untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata. Dukungan oposisi ini memberi peluang bagi Netanyahu untuk tetap mempertahankan koalisinya, bahkan jika beberapa anggota partainya menolak usulan Biden.
Isi Proposal Gencatan Senjata Biden
Proposal gencatan senjata yang diajukan oleh Presiden Biden bertujuan untuk menghentikan konflik berkepanjangan antara Israel dan Hamas yang telah memakan banyak korban jiwa. Rencana ini terdiri dari tiga fase, yaitu:
- Fase Pertama: Gencatan senjata selama enam minggu, penarikan pasukan Israel dari wilayah Gaza yang berpenduduk, dan pembebasan sandera Israel sebagai imbalan atas pembebasan ratusan tahanan Palestina.
- Fase Kedua: Upaya diplomatik untuk mengakhiri permusuhan secara permanen melalui negosiasi antara Israel dan Hamas, yang diperkirakan akan berlangsung lebih lama dari enam minggu.
- Fase Ketiga: Rekonstruksi besar-besaran Gaza serta pemulihan sandera yang telah terbunuh.
Respon Hamas terhadap Proposal Gencatan Senjata
Pihak Hamas menyatakan keterbukaan untuk terlibat secara positif dengan proposal yang diajukan oleh Biden. Mereka menyatakan bahwa setiap kesepakatan yang dibuat harus mencakup komitmen penuh dari Israel, termasuk penarikan pasukan, rekonstruksi Gaza, pemulangan pengungsi, serta pertukaran tahanan yang adil. Hamas menegaskan bahwa setiap kesepakatan harus dilaksanakan sesuai komitmen yang diambil oleh kedua belah pihak.
Konflik Israel-Hamas yang Berkepanjangan
Netanyahu Pertaruhkan Karier Politik: Konflik antara Israel dan Hamas telah berlangsung sengit sejak 7 Oktober, ketika Hamas melancarkan serangan yang menewaskan lebih dari 1.100 orang di Israel. Sebagai balasan, operasi militer Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 36.000 warga Palestina, sebagian besar adalah warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak. Konflik ini terus menimbulkan ketegangan internasional dan seruan untuk gencatan senjata semakin meningkat.
Tekanan Internasional untuk Gencatan Senjata
Selain tekanan domestik, Netanyahu juga menghadapi tekanan internasional. Terutama dari Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, yang mendesak agar Israel menyetujui gencatan senjata. Presiden Biden telah secara terbuka menyerukan perdamaian dan menawarkan peta jalan yang dapat mengakhiri permusuhan di Gaza. Netanyahu harus menghadapi dilema untuk memilih jalan diplomasi atau melanjutkan operasi militer dengan risiko politik yang semakin tinggi.
Pentingnya Pembebasan Sandera Israel
Salah satu aspek penting dalam proposal Biden adalah pembebasan sandera Israel di Gaza. Ini menjadi salah satu poin utama yang didukung oleh beberapa menteri Likud dan mendorong Netanyahu untuk mempertimbangkan gencatan senjata. Pembebasan sandera ini dipandang sebagai langkah penting dalam menurunkan ketegangan dan membuka pintu bagi negosiasi yang lebih luas.
Ancaman Internal dari Koalisi Sayap Kanan
Partai-partai sayap kanan seperti Otzma Yehudit dan pemimpin-pemimpinnya, termasuk Ben-Gvir, terus menjadi ancaman utama bagi posisi Netanyahu di parlemen. Partai-partai ini dengan tegas menolak setiap bentuk perdamaian dengan Hamas dan bersikeras melanjutkan operasi militer. Jika Netanyahu menyetujui proposal gencatan senjata, partai-partai ini dapat menarik dukungan dari pemerintahannya, yang akan menyebabkan runtuhnya koalisi.
Potensi Gencatan Senjata dan Masa Depan Politik Netanyahu
Dalam menghadapi dilema antara mendukung perdamaian atau mempertahankan koalisi politiknya, Netanyahu harus membuat keputusan besar yang akan menentukan masa depan politiknya. Dukungan internasional terhadap proposal Biden dapat memperkuat posisinya di mata dunia. Tetapi penolakan dari mitra koalisi dapat meruntuhkan pemerintahannya di dalam negeri. Apapun keputusan yang diambil, Netanyahu saat ini berada di tengah krisis politik yang berisiko tinggi.
Strategi Netanyahu dalam Melobi Dukungan Internal
Netanyahu telah memperlihatkan kemampuannya sebagai politisi ulung dengan mencoba merayu para menteri dan anggota parlemen yang menentang proposal ini. Ia berusaha mempertahankan posisinya dengan menyeimbangkan tuntutan internasional dengan keinginan koalisi sayap kanannya. Strategi lobi yang ia lakukan mencerminkan kompleksitas politik Israel saat ini.
Dukungan Oposisi sebagai Jaring Pengaman Netanyahu
Dukungan dari Yair Lapid dan oposisi menjadi salah satu elemen kunci yang bisa memberikan Netanyahu ruang untuk manuver politik. Oposisi siap memberikan jaring pengaman politik bagi Netanyahu jika koalisi sayap kanan menarik dukungannya. Memungkinkan Netanyahu menyetujui proposal Biden tanpa harus kehilangan kursinya sebagai perdana menteri.
Resiko Kehilangan Dukungan Koalisi
Meskipun Netanyahu berusaha keras untuk merayu para menteri dari Likud, ancaman kehilangan dukungan dari partai sayap kanan tetap nyata. Jika Ben-Gvir dan Smotrich menarik dukungan mereka, Netanyahu akan menghadapi pemungutan suara tidak percaya di parlemen, yang bisa menyebabkan jatuhnya pemerintahannya.
Kesimpulan: Masa Depan Netanyahu dalam Bahaya
Dalam situasi ini, Benjamin Netanyahu sedang berada di persimpangan kritis dalam karir politiknya. Keputusannya terkait proposal gencatan senjata Biden tidak hanya akan memengaruhi hubungan Israel dengan dunia internasional. Tetapi juga menentukan kelangsungan pemerintahan koalisinya. Netanyahu harus berhati-hati dalam menghadapi tekanan dari berbagai sisi jika ingin mempertahankan posisinya sebagai perdana menteri Israel.